Bukan untuk Menang, Agus Yudhoyono-Sylviana Tetap Maju. Targetnya Apa ?
![]() |
Agus Yudhoyono-Sylviana Tetap Maju ke DKI 1 |
JAKARTA - Pengamat politik dari Lingkar Madani untuk Indonesia, Ray Rangkuti menilai, pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana hadir untuk memecah suara pemilih pasangan Gerindra-PKS, antara Sandiaga Uno-Anies Baswedan atau sebaliknya.
"Jelas, pasangan Agus-Syilvi tidak dimaksudkan untuk menang dalam pilkada DKI. Kemungkinan pasangan ini dimajukan untuk memecah suara pemilih Sandi-Anies atau Anies-Sandi," ujar Ray.
Dalam artian, tegasnya, yang dibidik koalisi Cikeas bukanlah menangnya tapi bagaimana suara lawan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Syaiful Hidayat melorot.
Dengan begitu, imbuhnya, ada potensi bagi Ahok-Djarot untuk dapat menang dalam satu putaran.
"Sebagai tawaran bagi Demokrat, tiga partai lainnya merelakan Cagubnya adalah Agus. Dengan begitu, Demokrat tak ke mana-mana. Tetap dalam barisan tiga partai pendukung Jokowi," jelasnya.
Tapi, lanjutnya, kalau salah kalkulasi, bisa masuk ke putaran kedua.
Di putaran kedua, ada potensi tiga partai Islam ini akan merapat ke koalisi Ahok-Djarot. Dengan begitu, peta politik lokal mencerminkan peta koalisi nasional.
"Tiga partai di oposisi, sementara yang lain berada di posisi Ahok-Djarot yang dipandang sebagai pasangan pilihan Jokowi," jelasnya.
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie M Massardi punya pendapat lain. Ia menilai, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ingin menjadikan Mayor TNI Agus Harimurti Yudhoyono sebagai putera mahkota pelanjut dinasti Cikeas menjadi Presiden RI.
"Tampaknya dijadikan putra mahkota Cikeas, didorongnya Agus menjadi pemain di kancah pilkada DKI, tentu saja diharapkan untuk memenangi pertarungan," ujarnya
KPUD DKI Jakarta : Syarat Pencalonan Agus-Sylviana dan Anies-Sandiaga sudah Lengkap
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon menilai, pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat lebih sulit dikalahkan ketimbang Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.
Sebab, Basuki atau Ahok bersama Djarot merupakan pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI petahana.
"Pasti yang incumbent ya karena dia sudah punya modal politik yang lebih awal dan lebih besar. Kalau Pak Agus kan modal politiknya masih kecil," kata Fadli
Sedangkan pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Donny Gahral Adian menilai, sosok Anies Baswedan tidak bisa lenyap dari orbit politik.
Menurutnya, Anies harus tetap beredar untuk kepentingan 2019.
"Dia punya posisi tawar di Cagub meski Sandiaga Uno yang pegang cash. Popularitasnya di atas Sandiaga, plus jika dia naik di 2019 Sandiaga bisa jadi DKI 1. Persis kasus Jokowi-Ahok," ungkapnya, Jumat (23/9/2016).
Dikatakan, sebagai akademisi, Anies juga relatif lebih 'bening' untuk dijual sebagai calon gubernur ketimbang Sandiaga yang seorang pengusaha.
"Masuknya anis mengubah konstelasi pertarungan untuk DKI 1. Medan buat Ahok jadi tidak semudah yang dibayangkan karena Anies dapat didiferensiasikan dengan mudah terhadap Ahok," kata Donny Gahral.
Comments
Post a Comment